#Liburan : Preambule

Liburan kali ini saya menjadwalkan ke Bali dan Lombok. Kenapa Bali dan Lombok ? Kenapa gak Singapore kek, Thailand kek gitu ? Bosen aja. Myahahaha. Kayak yang pernah ke Thailand aje gue yeee. Benerannya nih ya, ke Bali karena ada kawinan sepupu. Trus, ke Lombok karena .... dekat Bali. Ya kan, kalau saya nyebrang ke Raja Ampat, jauh kali, gak ?

So, dimulailah per-hunting-an tiket di alam maya sejak Januari lalu. Eksekusi di Maret, April dan Mei. Iyaaah, saya beli 6 rute total untuk pergi dan pulang. Makanya eksekusinya sampai 3 bulan begitu. Beginilah nasib tinggal di negara besar : kemana-mana jauh.

Dan iyah, si tiket ini nih yang ngabisin sepertiga budget saya T_T.

Saya  beberapa kali ganti rute akibat salah satu pilihan maskapai saya bangkrut. Ganti itinerary. Ganti pilihan penginapan. Ganti kota persinggahan. Ganti pilihan transportasi. Ganti baju. Eh.

Pokoknya, memilih dan memilah alternatif yang paling murah, tapi gak murahan. Sebanyak mungkin atraksi dikunjungin, tapi gak nguras tenaga. Yang jelas,  gak ngegembel lah. Karena liburan kali ini saya bawa suami. Nyehehehehe...

Sukaaaaahhhh banget. Bagi saya, liburan sudah dimulai ketika saya mulai riset. Justru di situ letak asiknya! Mulai dari mengetikkan kata yang umum banget di Google, sampai pada akhirnya eksekusi dengan transaksi online. Adrenalinnya maksimum!

Sempat stress juga waktu budgetnya memekar,  sempat bingung mutusin, sempat kesal karena gak dapat harga yang diminati karena nunda transaksi, koreksi lagi, review lagi, poles lagi rencananya. Potong, buang, tambah. Nice !

Sekarang, dengan sejumlah tiket dan voucher sudah di tangan, tinggal menghitung hari menuju ke hari H. Dan mari kita lihat, bagaimana realisasinya yaaaaaa.... Senang!



Melancong ke Luar Negeri. Mungkinkah ?


Ponselmu berdenting di suatu siang. Itu notifikasi bahwa temanmu mengupdate statusnya : “Bye bye Seoul... kapan-kapan kita ketemu lagi.” Hmf. Sudah sejak lama kamu jelous sama temanmu yang satu ini. Hobinya wara-wiri ke tempat-tempat yang kamu baca di majalah wisata. Dan kebanyakan tempatnya bukan di Indonesia. Mentang-mentang pegawai pemerintah ! Pasti nilep uang rakyat dan dipake untuk senang-senang ke luar neg....


Stop!


Jangan berpikiran buruk dulu. Sebenarnya, untuk jaman sekarang, luar negeri tidaklah jauh dan juga sangat terjangkau oleh pekerja-pekerja muda yang seksi yeah seperti kita ini. Dengan dihapuskannya peraturan fiskal bagi pelancong domestik yang ingin go internasional, kita sudah menghemat Rp 2,5 juta sendiri. Nah, dengan modal segitu saja, kita sudah bisa banget menginjakkan kaki ke negeri seberang.


Teman saya dari Malang, menghabiskan “hanya” Rp 1,5 juta untuk melancong 3 hari 2 malam ke Singapore. Komplit, plit perjalanan dari rumahnya sampai kembali ke rumahnya. Seorang blogger dari Surabaya juga menghabiskan “hanya” Rp 1,3 juta untuk melawat KL-Penang dalam durasi waktu yang sama.
Yang diperlukan itu hanya niat, visa dan paspor (dan bagaimanapun, duit tentunya).

Oleh kekuatan diplomatik pemerintah kita, WNI diperbolehkan masuk tanpa visa ke beberapa negara tetangga kita. Singapore, Malaysia dan Brunei Darussalam diantaranya. Secara goegrafis pun, tiga negara ini yang paling dekat dengan Indonesia. Jadi, Yes, literally, luar negeri memang tidaklah jauh.

Pembuatan paspor pun sekarang cukup mudah. Tidak ada lagi palak-palakan. Kalau masih menemukannya, silakan laporkan. Sediakan dana Rp 275 ribu (resminya) dan waktu untuk mengurusnya sendiri di kantor imigrasi terdekat. Oh, dan sekarang malah sudah ada permohonan paspor via web! Kita memang harus tetap datang ke kantor imigrasi untuk difoto dan diwawancara, tetapi waktu yang diperlukan jauh lebih berkurang jika dibandingkan dengan mengurusnya secara manual.

Visa tidak perlu. Paspor sudah oke. Sekarang urusan duit. Berapa sih gaji pegawai level rendahan kayak saya, gak mungkin lah jalan-jalan ke luar negeri. Mungkin begitu pikir kamu. 

Nah, Teman, masih ingat bunyi Dasa Dharma Pramuka yang ke-7? Tidak ? Yah, coba tanya sama sepupu kamu yang masih SD.Dia bakal bilang dengan lantang :
“Hemat, cermat dan bersahaja!”
Betul sekali. Hematlah. Urusan uang itu urusan perencanaan. 

Jadi gini. Segala sesuatunya itu bisa diatur kalau kamu punya visi atau rencana atau gambaran untuk masa yang akan datang. Kata lainnya, ku tahu yang ku mau. Kalau kamu punya niatan atau mimpi atau apa pun sebutannya untuk menginjakkan kaki ke luar negeri, coba bikin perencanaan yang jelas. Atur strateginya. Tentukan deadline-nya.

Nah menyangkut penyiapan dana tersebut, ada 7 langkah mudah untuk mewujudkannya. Jadi, melancong ke luar negeri ? Hayuuuuk...

Ketika Harus Menunggu di Tempat Transit


Jadi. 

Di suatu kota antah berantah yang tidak kamu kenal. Tempat dimana seharusnya yang kamu lakukan hanyalah turun dari pesawat udara, ambil bagasi dan kembali check-in untuk naik ke pesawat udara berikutnya.

Tetapi ketika kamu sampai di konter check in, yang dikatakan mas-mas petugasnya adalah “Maaf Mbak, penerbangan kita ditunda sampai jam 8 malam. Silakan kembali untuk check in pada pukul 18.30 *senyum lebar*”

Kamu melihat dinding besar di belakang kepala mas-masnya.

Pukul 08.05. Pagi.

Oke.

Entah karena kerusakan mesin, cuaca buruk, pilotnya terjebak macet (atau terlibat narkoba atau keduanya), atau karena sekedar ini-Indonesia-jam-itu-hanyalah-hiasan-dinding-bukan-penunjuk-waktu, tiba-tiba kamu mendapatkan tambahan 12 jam dalam waktu transitmu.

Bete ? Jangan.

Panik ? Gak perlu.

Daripada kamu ngomel-ngomel gak jelas ke mas-mas malang dibalik konter itu (yang omong-omong, gajinya mungkin cuma setengah dari gajimu sih, jadi tambah kasian kan ? #lohiniapasih), mendingan kamu gunakan waktu tambahan itu untuk hal lain yang berguna.

Inilah 5 pilihan yang bisa kamu lakukan kalau ternyata alat transportasi pilihan kamu (tidak terbatas hanya pada pesawat udara) harus mengalami penundaan keberangkatan.

        1. City Tour (untuk yang berjiwa adventoureous)

Pastikan bandara (atau terminal atau stasiun) tempat kamu terlantar itu berada di dalam atau cukup dekat dengan kota, sehingga kamu tidak memerlukan waktu lama untuk kembali. Gak lucu kan, kamu ketinggalan pesawat (atau bus atau kereta) hanya karena kamu gak bisa kembali tepat waktu karena terjebak macet, misalnya.

City Tour bisa menggunakan bus, atau becak, atau ojek, atau taksi (kalau kamu tipe orang yang gak tahan berdesakan dengan orang, dan juga kebanyakan duit). Kamu bisa tanya ke bagian informasi bagaimana cara tercepat mencapai kota dan apa saja yang kamu bisa nikmati di sana. Kamu juga bisa bertanya pada security, porter, cleaning service, atau petugas bandara lainnya. Biasanya mereka orang lokal dan punya informasi yang menarik. Ingat ! Selalu waspada pada orang-orang tak dikenal yang mencurigakan (bahkan walaupun mereka mengenakan seragam!).
2.  Memperluas Jaringan (untuk yang berjiwa humanis)
Kalau kamu malas keluar dari bandara (atau mungkin terlalu parno ketinggalan pesawat atau pada tingginya tingkat kejahatan di kota itu (katanya sih...)), kamu bisa kenalan dengan orang-orang di sekeliling kamu. Bandara (atau terminal atau stasiun) selalu dipenuhi banyak orang. Selain mendapat kenalan baru, kamu bisa menambah wawasan dari cerita-cerita mereka. Tapi ingat, tetap sopan dalam upaya kamu mencari teman ngobrol ya !

3. Mengenal seluk beluk bandara (untuk yang berjiwa reporter)
Beberapa bandara didesain spektakuler. Suvarnabhumi, misalnya.  Atau Dubai International Airport. Selalu menarik menelusuri lay out suatu tempat dan mencoba semua fasilitas yang ada. Kenalan dengan para petugasnya juga akan membantu kamu lebih memahami seluk beluk bandara. Bahkan di bandara kecil sekalipun, kamu memerlukan waktu lebih dari satu jam untuk mengeksplore tempat tersebut secara detail (bukan hanya berjalan dari ujung koridor ke ujung koridor lainnya).

Setelah itu, informasi yang kamu dapatkan bisa kamu sharing ke orang-orang sedunia melalui blog, jejaring sosial atau BBM.  Siapa tahu berguna buat orang yang akan bepergian untuk pertama kalinya ke tempat itu.

4. Main truth or dare dengan kawan kamu (untuk yang berjiwa bebas)
Ini bisa dilakukan kalau kamu melakukan perjalanan secara berombongan tentunya. Agak susah soalnya kalau harus main truth or dare dengan diri kamu sendiri. Bisa sik. Cuma aneh aja. Eh, tau permainan ini kan kan ?? Coba dare nya bikin yang heboh ya. Nyanyi keras-keras di tengah bandara misalnya. Atau joget-joget di depan ‘target’ yang ditentukan dari cabut undi. Pasti seru ! (dan malu. Eh, tapi, semakin malu semakin seru sik)

5. Baca buku (untung yang berjiwa tenang)
Nah, untuk kamu yang lebih kalem dan gak terlalu suka menarik perhatian orang, kamu bisa masuk ke toko buku bandara dan pilih buku yang paling tebal. Syukur-syukur kamu dapat buku menarik seperti “The Girl with The Dragon Tatoo”. Baca (atau beli, kalau kamu males dipelototin sama petugasnya) buku tersebut hingga selesai. Kalau sudah, buat reviewnya dan update di blog kamu!

Voila, gak terasa 10 jam sudah berlalu, kamu dapat pengetahuan baru, dan sekarang... saatnya untuk kembali melanjutkan perjalanan. Siap-siap check-in gih. Tuh mas-masnya udah manggil-manggil :)