Di suatu hari hujan, seekor katak betina bertemu pangeran tampan. Sebenarnya katak itu kodok, tapi ia selalu menyebut dirinya katak. Itu berkaitan dengan eksistensi diri, katanya. Jadi begitulah. Si katak yang sangat mementingkan eksistensi itu mengapa Sang Pangeran dan bertanya :
"Maukah kau jadi pacarku ?"
Sang Pangeran yang tampan bukan kepalang itu terdiam, lalu berkata :
"Apakah kau bercermin pagi ini ?
Apakah kau lihat tubuhmu yang bertotol-totol hijau ?
Dan matamu yang selebar tatakan ?
Memangnya kau pikir siapa dirimu ???
Seekor kodok!!
Makhluk paling menjijikkan yang pernah kutemui!
Pergi! Jangan pernah muncul lagi di hadapanku!
Melihatmu saja membuatku ingin memuntahkan sarapan pagiku!"
Katak betina itu terkejut. Begitu terkejutnya dia, sehingga tak mengeluarkan sepatah kata pun. Ia bahkan tidak sanggup memprotes anggapan Sang Pangeran bahwa ia adalah seekor kodok. Ia ingin menjelaskan bahwa ia adalah katak. Lagipula, ia bukan "seekor". Ia bahkan tidak punya ekor! Ia adalah..... katak. Dan bukan yang lain. Ini menyangkut eksistensi diri. Dan ia, si katak, peduli dengan eksistensi! Tetapi kata-kata seolah menguap dari otaknya (yang omong-omong, besarnya -tentu saja- tak sampai setelapak tangan Sang Pangeran).
Katak betina membuka mulutnya untuk menjelaskan itu semua. Tetapi kesedihan, kesedihan yang begitu tiba-tiba, membuatnya hanya mampu mengeluarkan suara ini :
"Toooo....oooaadd!"
Sang Pangeran terkejut. Segerombolan bebek yang kebetulan lewat terkejut. Murai-murai yang terbang rendah terkejut. Bahkan si katak sendiri pun terkejut. Suara itu tidak saja kedengaran.... Jelek ? Mengenaskan ? Menyedihkan ? -mungkin gabungan ketiganya, tapi juga begitu.............. tidak berarti. Dan untuk si katak yang mementingkan eksistensi, hal itu merupakan pukulan telak.
"Toooad... ", katanya sedih. "Toooadd...."
Sang Pangeran Tampan menggelengkan kepala dan berlalu. Bebek dan murai-murai itu merundukkan kepala dan juga berlalu. Tinggallah si katak terdiam dan menatap kepergian Sang Pangeran dengan kepedihan yang tak terperi.
Sejak saat itu, Sang Pangeran yang nenek moyangnya dari Britania Raya, menyebut makhluk bertotol-totol hijau yang ditemuinya di tengah jalan itu sebagai : Toad.
Benar. Pangeran menganggap makhluk itu kodok, bukan katak. Dan tidak, pangeran tidak peduli dengan segala yang disebut eksistensi diri itu. Karena yah, dia kan pangeran. Pangeran tidak membutuhkan eksistensi diri. Dia sudah eksis sejak dilahirkan!
Jadi begitulah. Sampai sekarang kau masih bisa mendengar si katak betina menjerit sedih memanggil pangeran tampannya yang tidak peduli dengan eksistensi diri itu. Keluarlah di saat hujan, dau kau akan mendengar nyanyiannya berbunyi :
"Toooaaaaaad"
*cerita ini ditulis tahun 2008, waktu sinyal buat nelpon aja susaaaah ya dapetnya, apalagi untuk online seperti sekarang. Waktu itu, ada kejadian kayak begini yang bikin otak kanan saya kreatiiiiiiifffff bener. Ini adalah cerita pertama dari sekian cerita lainnya yang muncul di periode itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Yang suka kuah capcaynya, silakan mengorder di sini...