Annual Leaves : Hari Ke-2 – Balada Jam Karet (bag 1)

Sampai di rumah esok paginya, saya langsung packing untuk 9 hari ke depan. Eh, enggak ding, to be honest, saya tidur dulu. He he he. Ngantuk gitu.
Setelah tidur 2-3 jam, saya mulai start packing, dan panik beli oleh-oleh titipan sodara. Untuk teman-teman yang nantinya saya temui, mereka kebagian permintaan maaf aja, karena nggak sempat nyari oleh-oleh lagi karena waktunya udah mepet banget T__T. Benar saja, jadwal pesawat saya pukul 15.00, pukul 14.30 saya masih terjebak macet (jeeez...!!) yang tidak pernah-pernahnya sepanjang itu. Paniiiiiiiiiikkkkkk... saya mulai mengeluarkan tiket dan menggenggamnya kuat-kuat.
Sambil berdoa sepanjang jalan semoga ada keajaiban entah apa lah yang bisa membuat saya masuk ke pesawat sebelum pesawatnya take off (yaeyalaaa ya... masa sesudahnya ???), Katana ibu dipaksa lari sampai 70 km/jam. Saya nggak tahu berapa kecepatan normal Katana. Tapi seingat saya, mobil kami belum pernah dihela sekencang itu terus-terusan. Walaupun begitu, lah kok ya, mobil-mobil lain masih saja melewati kami dengan santainya.... T__T
Sesampainya di Bandara, saya langsung lari-lari dengan heboh membawa tas koper geret, bungkusan oleh-oleh dan tas sandang yang terlempar-lempar dari bahu setiap kali saya melangkah. Sambil tolah toleh panik karena nggak tau dimana letak counter maskapai saya, tas geret saya nggak sengaja  terbanting dengan keras ke lantai, membuat semua kepala dalam radius 50 meter menoleh (tentunya saya cuekin dong ya... habis mo saya gimanain lagi ? Masa mo saya salamin ?? Memangnya radio ? He... *kriuk) Hadoooo... ribet deh kamyuuuu tas....
Counter check in maskapai saya itu ternyata berada paling ujung, mepet dinding. Nggak jauh sih, secara bandara kota saya itu nggak terlalu besar juga. Jadi, dengan lari-lari kecil saya menggeret semua barang bawaaan sambil pasang tampang sememelas mungkin karena tu counter sudah kelihatan sepi. Jam dinding digital di atasnya menunjukkan angka 14.45.
Yang jaga Mas-Mas. Dan saya disambut dengan pertanyaan : “Kok lari-lari, Mbak?” yang sebenarnya pengen banget saya bales dengan “Iya nih Mas, lagi olah raga, iseng-iseng sampe ke bandara, siapa tahu ketemu pilot cakep....” tapi tentu saja sebagaimana manusia normal lainnya yang lagi butuh bantuan dan dalam keadaan kejepit, saya tersenyum sopan dan menjawab (ingat! Tetap dengan tampang memelas), “Maaf Pak, saya telat ya ? Pesawat ke Yogya ....”
Dan demikian, Sodara-sodara, tau apa jawabannya Mas-mas itu ?
“Loh.... Mbak belum dikasih tahu ? Pesawat kita DELAY....”
#%$&@#T@$(*%(*&@$@Y%$*!!!!!!!!!!
Jahhh... jadi apa dong artinya kami ngebut dengan Katana tua, degdegan geje dan keringat dingin sepanjang jalan ?
Memang sepanjang siang ada telpon masuk ke ponsel Ibu saya yang lagi di-charge. Dari nomor yang sama, nomor rumah, dan terus menerus pula. Tapi karena Ibu saya sedang keluar, ya saya nggak angkat. Agak-agaknya, itulah yang menyebabkan saya tidak mendapat informasi perubahan jadwal dari pukul 15.00 ke pukul 18.00....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Yang suka kuah capcaynya, silakan mengorder di sini...