[REVIEW] : Nasi Campur* Akwang


Nasi Akwang adalah salah satu rumah makan terkenal di Pontianak yang mengedepankan menu Nasi Campur. Nasi campur adalah menu yang berasal dari masyarakat Tionghoa. Isinya nasi yang ditaburi campuran berbagai olahan daging babi**, seperti sosis, daging merah dan daging panggang, disertai potongan ayam kecap. Biasanya disajikan dengan siraman kuah dari tepung kanji dan semangkuk kuah sup sebagai pendamping. Sayuran dalam menu ini sangat minim, biasanya berupa potongan timun segar atau acar timun.

Di beberapa tempat lain di Pontianak, kita bisa menemukan si nasi campur ini dijual dengan nama nasi ayam atau (yang keluarga kami sebut dengan semena-mena :) nasi merah.

Beware! Walaupun menu ini ueeeeennnnak banget, tapi karena jumlah daging babinya cukup banyak, kandungan kolesterolnya cukup tinggi. Jadi, tidak boleh sering-sering dimakan ya, People!

Nasi Akwang punya beberapa kedai di Pontianak. Pusatnya di Jalan Pahlawan No 238-239. Tempatnya bersih, ber-AC, pelayanannya pun lumayan cepat. Menunya memang terbatas. Hanya ada nasi ayam, nasi tim dan kalau mau, bisa minta tambahan sepiring daging campur (they will charge u additional fee for sure). Sajian minuman kita bisa pilih teh (panas/es/liang teh), susu kacang, dan jeruk (nipis/kecil/besar).

Keunggulan Nasi Campur Akwang terdapat pada beberapa hal. Pertama, nasi putihnya pulen dan lembut. Entah mereka menggunakan beras spesial atau ada cara masak tertentu yang membedakan nasi putih mereka dari nasi di tempat lain. Kedua, mereka tidak menggunakan ayam kecap, tetapi menggunakan potongan bebek panggang yang rasa dagingnya gurih dan lembut di lidah. Ketiga, campuran daging merah, panggang dan sosis yang masing-masing rasanya spesial, memberikan kontribusi paduan rasa yang luar biasa di lidah kita. Bayangkan saja, rasa manis dari sosis, bercampur garingnya daging panggang dan tekstur daging lembut dari daging merahnya, membuat kita ingin menyuap lagi, lagi dan lagi! Cobalah makan disertai selingan kuah sup yang panas dan segar. Kuah supnya sendiri tidak berisi apa-apa selain potongan daun bawang dan satu dua kacang kedelai. Tapi kaldu di kuah sup itu bisa menguatkan dan mengikat rasa daging di dalam mulut kita. Mantap dan tiada duanya!

Satu porsi Nasi Campur standar dihargai Rp 24.000. Cukup mahal memang, tapi sesuailah dengan rasanya. Kalau mau, kita bisa meminta porsi standar tersebut di-"modifikasi". Saya kemarin meminta mereka  mengurangi porsi nasinya dan menambah porsi dagingnya, dikenai Rp 31.000 utk porsi saya.   
*Sebagai perbandingan, di tempat lain, rata-rata Nasi Campur ini dihargai Rp 15.000-Rp 20.000 (bergantung tempat).*

Saran saya, cobalah pesan seporsi nasi campur ini disertai es jeruk besar yang juga khas Pontianak. Hmmm... Mertua lewat pun, tak dipandang ! d ^ __^ b

*Es jeruk besar : jeruk Pontianak diperas, ditambah sedikit gula dan air (bila perlu) disajikan di gelas besar bersama es. Segeeeerrrr.....!!! Rata-rata dihargai Rp 6000 sd Rp 12.000 (tergantung tempat dan tingkat kekentalan jeruknya)*


*Sorry, Non-Moslem Only
** That's why the moslem can't eat it

Pengalaman Bodoh Hari Ini

Seumur hidup saya, saya cukup sering melakukan hal-hal tolol. Tau kan, hal-hal tolol nggak sengaja yang saat kita sadar melakukannya rasanya mo malu setengah ember....

Nah, hari ini itu kejadian lagi.
Ceritanya, tim saya menemui masalah dan harus minta tolong bagian lain yang kebetulan beda lokasi. Jadilah saya beremail dan bertelepon ria sepanjang pagi. Agak sore, saya ingin menanyakan follow up dari permintaan saya tadi pagi. Males mengangkat telepon dan beremail lagi, saya membuka Instant Messanging kantor dan berniat mengundang satu orang dari tim saya dan orang yang kami mintai tolong itu untuk conference di Messanging.

Klak, klik, klak, klik. Saya membuka jendela percakapan dengan teman di lokasi lain dan menginvite seorang anggota tim lagi. Tekan tombol send. Tapi.... Lah, loh, loooh, looooh.... Kok yang masuk ke room saya jadi banyak?? Tau apa yang terjadi, Saudara-saudara ? Ternyata saya menginvite ORANG SATU PERUSAHAAN untuk join conference saya....

*Speechless.
**Panik!!!!
***Langsung sign-off.. T_T






Suatu Pagi Tanggal Dua Juni

Karena lokasi kerjaan, saya demi ekonomisnya tinggal di mess perusahaan yang jarak tempuhnya ratusan kilometer dari rumah tercinta. Mess saya itu letaknya agak-agak di tengah hutan. Dusun terdekat sekitar 3 kilometer jaraknya dan hanya berpenghuni di bawah 100KK (opini sok teu dari pengamatan sekilas).

Pagi ini, saya ikut beribadah di gerejanya.
 

Ada anak-anak yang kesaksian dengan nyanyian. Lucu banget lihat anak yang paling kecil ikutan maju, terus noleh kiri kanan, kiri kanan, dan ikutan nyanyi kalau pas hapal doang. Mana wajahnya datar banget lagi. Hihi.. Pengen peluk-peluk deh :)

Melihat mereka, saya seolah diingatkan.
Akan antusiasme masa kanak-kanak saya.
Akan kepolosan saya di kala usia lebih muda.
Akan spontanitas yang agaknya sudah lama saya tinggalkan.

Hari ini, saya juga diingatkan.
Betapa kasih setia Tuhan itu besar.
Dan betapa saya harus mengucap syukur oleh karenanya.

Hari ini saya diingatkan.
Untuk membawa ucapan syukur saya ke rumah-Nya.
Untuk mengerti apa yang menjadi hak saya dan apa yang menjadi milik-Nya.
Untuk berbagi.

Pada akhirnya, saya mesti belajar untuk berlantun dalam ucapan syukur :
"Besar setia-Mu di sepanjang hidupku."

Assesment

Saya ini orang Indonesia banget. Rasanya susaaaaaaaah kalau mau ngomong yang enggak enak tentang orang. Apalagi yang sering beredar di sekitar kita. Rasanya berat banget.

Nah, hari ini saya mau nggak mau mesti memberi penilaian ke orang. Formal. Hitam di atas putih. Kalau orang yang saya nilai punya track record yang baik sih, ya enggak masalah. Tapi kalo kena orang yang ternyata saya enggak puas dengan hasil yang dia tunjukkan ? Serba salah saya. Di satu sisi, ini bakal di-record secara formal. Angka apapun yang saya berikan pastilah berpengaruh ke catatan HR. Di sisi lain, ya gimana ? Itu angka kan nggak turun dari langit.... Korelasinya sangat erat dengan apa yang kita kerjakan dalam setahun ini...

Dan kalau dalam setahun ini kita sendiri tidak berusaha, ya bagaimana orang lain mau berusaha untuk kita ?
Kalau dalam setahun ini kita tidak berjuang untuk diri kita sendiri, ya bagaimana orang mau berjuang untuk kita ? Kalau dalam setahun ini kita tidak menunjukkan niat dan bersungguh-sungguh, ya bagaimana orang bisa berniat dan bersungguh-sungguh untuk kita?

Saya pada akhirnya harus memutuskan. Dan memutuskan itu ternyata nggak bisa pakai hati nurani. Nggak bisa. Kalau hati nurani bilang harus dapat D (upah nulis kata dosen saya) padahal nilainya F, saya harus gimana ? Kasih nilai D ? Dan setelah itu, akan ada banyak orang yang dirugikan ? Saya, udah pasti merasa rugi. Perusahaan juga harusnya rugi. Membayar orang terlalu tinggi untuk apa yang "hanya" dilakukan orang itu.

Gimana yaaa... Saya pribadi merasa tidak suka menilai orang. Saya percaya setiap pribadi itu unik. Semuanya nggak ada yang jelek. Semuanya diciptakan spesial.

Tapi.
Ini kan tempat kerja....
Kita semua dinilai berdasar performance kita.
Nggak peduli tampang kita, keyakinan kita, keluarga kita, partai politik kita, kalau hasil yang kita berikan nggak sesuai dengan yang diharapkan, ya pasti ada konsekuensinya...

Saya sendiri, kalau saja orang yang saya nilai bisa menunjukkan upaya dan kerja keras, saya pasti mau berupaya dan bekerja keras memperjuangkan nilainya. Tidak apa-apa hasilnya di bawah rata-rata. Karena saya tahu dia berproses dan mau berproses. Tapi kalau tidak ada usaha yang ditunjukkan, saya bisa apa???

Saya ini cuma manusia. Punya seribu kelebihan dan sejuta kekurangan. Saya tidak layak menilai orang. Tapi kalau saya harus menilai juga, ya saya minta maaf. Kepada Tuhan saya. Kepada diri saya. Kepada orang yang saya nilai.

Hari ini menjadi pelajaran bagi saya. Upayakan yang terbaik senantiasa. Untuk diri kita. Untuk orang di sekeliling kita. Karena, pada akhirnya, akan selalu ada penilaian. Pertama-tama, dari orang di sekeliling kita. Dan pada akhirnya, dari Tuhan kita.

Selamat menikmati hari ini... :-)

Pengalaman Pertama Itu.....

Hari ini pertama kalinya ikut tender di kantor. Dan karena sebelumnya belum pernah ikut kegiatan ini, saya pun bertanya pada atasan yang mendelegasikan kehadirannya ke saya. Apa yang harus saya lakukan ? Apa yang harus saya cermati ? Apa ada agenda tertentu yang harus saya kedepankan ? Setelah dijelaskan, saya pun dengan setengah tak yakin patuh mengikuti tender tersebut.

Ternyata apa yang terjadi, Saudara-saudara ?
Saya dengan begonya menyebutkan harga perusahaan di depan kontraktor!!! Seorang teman langsung menggamit. Dan mengertilah saya bahwa angka itu seharusnya tidak boleh diketahui kontraktor..... Untungnya, satu tim yang ikut tender bisa berimprovisasi dan hup, saya selamat dari situasi yang really awkward (walau pastinya malu bangettttttt).

Itulah pengalaman pertama. Selaluuuu saja tidak sempurna. But practices make perfect! Pengayaan hari ini semoga bisa jadi referensi di masa yang akan datang. Maju terus, Teman, jangan toleh ke belakang ! Kita gapai masa depan yang gilang gemilang....
#menuliskannya sambil bayangin acara-acara wisudaan di Sakri, dimana bertebaran lagu-lagu mars, pidato rektor, dan toga-jubah hitam para wisudawan.... #